Catriona Maddocks
Karya Seni dari Malaysia: Akar
Menghimpun seniman dari tiga wilayah utama Malaysia Sabah, Sarawak, dan Semenanjung pameran Akar menyoroti isu-isu seperti akses terhadap lahan, kehilangan ekologi, marginalisasi politik, dan pengetahuan adat. Karya-karya yang ditampilkan mengungkapkan betapa eratnya keterkaitan antara politik ingatan dengan tempat, identitas, dan kenyataan kolektif masa kini. Tersirat dalam tiap karya adalah rasa nostalgia bukan nostalgia yang romantis atau sentimental, melainkan nostalgia kritis yang mempertanyakan bagaimana sejarah dijaga, siapa yang menjaganya, dan apa yang hilang ketika ingatan kolektif terkikis serta sumber daya dieksploitasi. Melalui medium kain, ilustrasi, cetak, film, fotografi, dan tanah itu sendiri, pengetahuan leluhur ditampilkan bukan sebagai arsip yang beku, melainkan sebagai ruang hidup yang terus diperjuangkan—sebagai jangkar dan sekaligus jalan menuju perlawanan. Dalam karya-karya ini, warisan budaya menjelma menjadi bentuk protes, yang mempertanyakan kemungkinan-kemungkinan yang muncul melalui tindakan mengingat, membentuk ulang, dan membayangkan kembali.
Catriona Maddocks
Karya Seni dari Malaysia: Akar
Menghimpun seniman dari tiga wilayah utama Malaysia Sabah, Sarawak, dan Semenanjung pameran Akar menyoroti isu-isu seperti akses terhadap lahan, kehilangan ekologi, marginalisasi politik, dan pengetahuan adat. Karya-karya yang ditampilkan mengungkapkan betapa eratnya keterkaitan antara politik ingatan dengan tempat, identitas, dan kenyataan kolektif masa kini. Tersirat dalam tiap karya adalah rasa nostalgia bukan nostalgia yang romantis atau sentimental, melainkan nostalgia kritis yang mempertanyakan bagaimana sejarah dijaga, siapa yang menjaganya, dan apa yang hilang ketika ingatan kolektif terkikis serta sumber daya dieksploitasi. Melalui medium kain, ilustrasi, cetak, film, fotografi, dan tanah itu sendiri, pengetahuan leluhur ditampilkan bukan sebagai arsip yang beku, melainkan sebagai ruang hidup yang terus diperjuangkan—sebagai jangkar dan sekaligus jalan menuju perlawanan. Dalam karya-karya ini, warisan budaya menjelma menjadi bentuk protes, yang mempertanyakan kemungkinan-kemungkinan yang muncul melalui tindakan mengingat, membentuk ulang, dan membayangkan kembali.