M Faozi Yunanda M.Pd.
Eksplorasi Seni Rupa Kontemporer Dalam Kesadaran Ekologis Bersama (Masalah) : “Konsumsi Ekologi Non-Utilitarian ”
Dalam lanskap seni rupa kontemporer, eksplorasi terhadap isu ekologi semakin banyak mendapatkan konsentrasi dan tempat yang signifikan. Krisis lingkungan yang kian nyata mulai dari deforestasi, pencemaran air, perubahan iklim dan kerusakan-kerusakan lain yang dirasakan langsung dampaknya, mendorong para seniman untuk merefleksikan keterkaitan antara manusia dan alam melalui praktik artistik mereka. Seni rupa kontemporer yang menjadi ruang refleksi atau cerminan atas respon dari perkembangan zaman dalam disiplin budaya, teknologi, dan isu-isu sosial dirasa sangat ideal sebagai wadah untuk menampung tumpah ruahnya kreatifitas dalam proses penciptaan karya seni rupa dalam pameran ini. Eksplorasi dalam seni rupa kontemporer membuka kemungkinan baru dalam cara seni diproduksi, dinikmati, dan dipahami. Hal ini memberikan ruang luas bagi upaya seniman untuk menembus batasan konvensional dengan mengeksplorasi berbagai medium, teknik, konsep, dan makna dalam karyanya.
Tajuk "Konsumsi Ekologi Non-Utilitarian" menjadi titik temu antara kesadaran ekologis dan representasi visual, membuka ruang bagi diskusi mengenai bagaimana seni dapat mengartikulasikan dinamika konsumsi dan dampaknya terhadap lingkungan. Dalam konteks "Konsumsi Ekologi Non-Utilitarian" konsumsi tidak hanya dipahami sebagai aktivitas ekonomi manusia, tetapi juga sebagai sebuah tindakan yang memiliki dampak sistemik terhadap ekosistem global. Melalui "Konsumsi Ekologi Non-Utilitarian" seni juga berperan sebagai kritik terhadap pola konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Kapitalisme global telah menciptakan budaya konsumsi yang masif dan agitatif, yang sering kali mengabaikan dampak lingkungan. Para seniman menampilkan bagaimana konsumsi berlebihan menciptakan ketimpangan ekologi, menghasilkan limbah, dan mempercepat degradasi lingkungan. Seniman menghadirkan praktik visual yang mempertanyakan ketergantungan manusia terhadap eksploitasi sumber daya, membingkai ulang konsumsi sebagai suatu sikap yang dapat dikendalikan atau bahkan diredefinisi yang
menciptakan kesadaran lebih mendalam mengenai dampak ekologis dari keputusan sehari-hari.
Masalah-masalah tersebut menjadi magnet yang menarik subjek-subjek untuk untuk saling terhubung Ketika meresponnya ke dalam medium seni khususnya seni rupa. Realitas yang telah dijabarkan diatas akan dilemparkan untuk disambut dengan bebas oleh seniman-seniman yang ada di Malaysia dan Brunei Darussalam. Persoalan tentang apakah kemudian masalah tersebut kontekstual dan related dengan kondisi negara mereka masing-masing itu sudah lebur oleh konsep mendalam soal keterhubungan yang membungkus persoalan ini, kemudian tumbuh menjadi keresahan bersama yang direpresentasikan lewat karya seni secara bebas dengan pegangan esensi yang kuat untuk menyampaikan pesan dan kritik. Namun, Seni rupa bukan hanya sekadar alat untuk menyampaikan kritik, tetapi juga medium untuk membayangkan kemungkinan masa depan yang lebih berkelanjutan. Melalui narasi visual yang kuat, seni dapat menggugah kesadaran kolektif dan menginspirasi perubahan perilaku. Seniman yang bekerja dalam kerangka "Konsumsi Ekologi Non-Utilitarian" tidak hanya menawarkan wacana tentang krisis lingkungan, tetapi juga menghadirkan pesan-pesan alternatif terhadap pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab. Dalam era di mana ekologi menjadi isu mendesak, seni rupa memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari solusi.
Dengan mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam praktik artistik, seni dapat menjadi wahana refleksi, kritik, sekaligus harapan bagi hubungan manusia dan alam yang lebih harmonis.